Anti Teman Baik Kami Itu Sudah Tiada

31

Mengenang Kepergian Irianti Erningpradja: Sahabat Tercinta yang Cantik, Manis, dan Berhati Mulia

Oleh : ET Hadi Saputra https://x.com/ethadisaputra/

Selasa, 27 Mei 2025, menjadi hari yang diselimuti duka mendalam. Kabar berpulangnya Irianti Erningpradja pada usia 59 tahun meninggalkan kekosongan yang tak terperi di hati kami, para sahabat yang begitu mencintainya. Bagi kami, ia bukan sekadar nama besar di belantika musik Tanah Air, melainkan “sahabat terbaik kami, yang cantik manis dan baik hati.” Ungkapan duka cita yang mengalir deras dari rekan-rekan musisi dan masyarakat luas menjadi saksi betapa sosoknya begitu dicintai dan dihargai. Kepergiannya di RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur, pukul 14.14 WIB menandai akhir dari perjuangannya melawan penyakit, namun sekaligus menjadi awal dari kenangan abadi akan kehangatan dan kebaikannya. Tulisan ini adalah untaian kasih dari kami, para sahabat, untuk merayakan kehidupannya yang penuh warna, semangatnya yang tak pernah padam, dan jutaan memori indah yang telah ia ukir bersama kami.

Jejak Langkah Sang Multitalenta: Perjalanan Hidup Irianti Erningpraja

Lahir dengan nama Tati Irianti di Jakarta pada 18 November 1965, Irianti adalah putri dari Raden Ahem Erningpraja, seorang tokoh yang pernah menjabat sebagai Menteri Perburuhan di era Presiden Soekarno. Latar belakang keluarga yang kental dengan dunia pemerintahan dan budaya ini turut membentuk karakter Irianti menjadi pribadi yang disiplin, cerdas, dan penuh semangat dalam berkarya.

Perjalanan hidupnya adalah sebuah epik tentang resiliensi dan transformasi bakat. Sebelum dikenal sebagai seniman, Irianti muda adalah seorang atlet renang nasional yang menjanjikan. Ia mengharumkan nama bangsa di berbagai ajang bergengsi seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) IX, SEA Games 1977, dan Asian Games 1978. Namun, takdir berkata lain. Penyakit sinusitis yang dideritanya saat duduk di bangku SMP memaksanya untuk menggantungkan impian di arena akuatik. Bagi banyak orang, ini mungkin menjadi akhir dari sebuah cita-cita. Namun, bagi Irianti, ini adalah awal dari sebuah babak baru yang tak kalah gemilang. Semangat juangnya yang membara tak membiarkannya terpuruk. Ia mengalihkan energinya ke dunia seni, bergabung dengan kelompok tari Swara Maharddhika pimpinan Guruh Soekarnoputra. Bersama grup ini, ia tidak hanya tampil di berbagai panggung nasional tetapi juga internasional, termasuk Kenya dan Nairobi, menunjukkan betapa luwes ia bertransformasi.

Dunia musik kemudian menjadi pelabuhan berikutnya. Tahun 1983 menjadi tonggak penting ketika lagu ciptaannya, “Salamku Untuknya,” yang dibawakan oleh Vina Panduwinata, berhasil memenangkan Festival Lagu Populer Nasional. Kemenangan ini membuka gerbang kariernya sebagai penyanyi dan pencipta lagu. Album-albumnya seperti Kuharus Mencari (1986), yang kemudian meledak di pasaran setelah dirilis ulang dengan tambahan lagu hit “Ada Kamu,” Aku Cinta Aku Rindu (1987), dan Mengapa Kau Tinggalkan Aku (1995) mengukuhkan namanya di jajaran penyanyi populer era 1980-an hingga 1990-an. Tak hanya menyanyikan lagunya sendiri, Irianti juga dikenal sebagai penulis lagu handal untuk banyak penyanyi ternama lainnya, seperti Titi DJ, Atiek CB, Trio Libels, hingga Nia Zulkarnaen. Kreativitasnya terus mengalir, terbukti dengan keterlibatannya dalam komunitas musik “BuSinden” bersama Dina Mariana dan Happy Pretty di kemudian hari.

Bakatnya tak berhenti di situ. Irianti juga merambah dunia televisi sebagai presenter acara musik populer seperti Pesta di Indosiar dan Muziek Muziek Grammy Award di SCTV, serta menjadi produser. Seiring berjalannya waktu, Irianti menunjukkan sisi lain dari dirinya yang lebih kontemplatif. Pada tahun 2009, ia telah menelurkan enam judul buku yang berfokus pada pengembangan diri dan kecerdasan spiritual. Tak hanya menulis, ia juga mendirikan sebuah klinik transformasi diri. Perjalanan ini menunjukkan sebuah evolusi pribadi yang mendalam, sebuah hasrat untuk berbagi kebijaksanaan dan membantu orang lain menemukan potensi terbaik mereka, sebuah manifestasi nyata dari hati yang “baik hati”.

Berikut adalah ringkasan beberapa pencapaian penting dalam perjalanan hidup Irianti:

Timeline Pencapaian Penting Irianti Erningpraja

TahunPencapaian
1965Lahir di Jakarta
1977-1978Atlet Renang Nasional (PON IX, SEA Games, Asian Games)
Pasca-RenangBergabung dengan grup tari Swara Maharddhika
1983Lagu “Salamku Untuknya” memenangkan Festival Lagu Populer Nasional
1986Merilis album Kuharus Mencari (dengan hit “Ada Kamu”)
1980an-1990anAktif sebagai penyanyi, penulis lagu untuk artis-artis besar
Presenter TV (Pesta, Muziek Muziek)
2009Menerbitkan buku tentang kecerdasan spiritual, membuka klinik transformasi diri
Membentuk “BuSinden”

Untaian Kisah Kasih: Kenangan Manis dari Sahabat untuk Irianti

Di balik gemerlap panggung dan deretan prestasi, Irianti adalah sosok sahabat yang hangat, tulus, dan luar biasa kuat. Irma Hutabarat, sahabat yang mendampinginya hingga saat-saat terakhir, menuliskan sebuah kalimat yang begitu menyentuh, “Engkau yang tak pernah menunjukkan sakitmu. Sekarang telah menemukan damai dalam keabadian”. Kata-kata ini melukiskan betapa Irianti memiliki ketegaran yang luar biasa, memilih untuk menyimpan rasa sakitnya sendiri demi tidak membebani orang-orang terkasih. Di sisinya saat berpulang adalah sang suami tercinta, Pico Seno, anak-anak tersayang Irsa dan Gani, serta sahabat-sahabat dekat seperti Mima, Harry Kiss, dan Daisy Sahertian, sebuah lingkaran kasih yang mengantarkannya menuju keabadian.

Kenangan manis bersamanya terukir begitu banyak. Melalui akun Instagram pribadinya, @airina_ismyname, Irianti kerap berbagi momen dan cerita yang menunjukkan sisi personalnya yang hangat. Ia pernah mengenang bagaimana lagu pertama yang ditulisnya, “Salamku Untuknya,” dinyanyikan oleh Vina Panduwinata, disebutnya sebagai “happy song” yang terinspirasi dari perjalanan hidupnya. Foto kebersamaan mereka menjadi saksi bisu persahabatan yang terjalin. Ada pula cerita tentang rasa gugupnya saat pertama kali suaranya diuji oleh Fariz RM, idolanya sejak SMP, untuk rekaman pertamanya. Perasaan lega luar biasa saat dinyatakan lulus menunjukkan kerendahan hati dan penghargaannya terhadap senior di dunia musik. Pertemuan kembali dengan sahabat lama, Maia Estianty, di sebuah acara ulang tahun Addie MS, juga diabadikannya dengan penuh suka cita, “Banyak teman banyak bahagia,” tulisnya.

Persahabatannya dengan Trie Utami memiliki makna yang lebih dalam. Irianti menyebut Trie sebagai “Best Friend”-nya. Lebih dari sekadar rekan sesama penyanyi, mereka berbagi semangat yang sama dalam pemberdayaan diri. Irianti fokus pada komunitas urban, sementara Trie Utami memberdayakan masyarakat pedesaan. Slogan bersama mereka, “jangan meminta hak dan terus mengeluh, tanyakan pada diri sendiri kontribusi apa yang telah kita berikan untuk negara Indonesia,” sungguh mencerminkan kedalaman karakter Irianti. Ini bukan sekadar kebaikan hati biasa, melainkan sebuah prinsip hidup yang berlandaskan pada kontribusi aktif dan tanggung jawab sosial, sebuah nilai yang mungkin terinspirasi dari latar belakang keluarganya yang mengabdi pada negara.

Dewa Budjana, rekan sesama murid di sekolah musik Farabi pada tahun 1985, turut berbagi kenangan foto klasik mereka, menunjukkan keakraban di masa muda. Meskipun bertetangga dan jarang bertemu, Dewa Budjana mengungkapkan rasa kehilangannya yang mendalam. Kehangatan Irianti juga terasa dalam interaksi santainya dengan Addie MS di berbagai kesempatan.

Ucapan duka cita yang mengalir dari para musisi sahabatnya menjadi bukti betapa ia dicintai. Stanley Tulung, yang pertama mengabarkan berita duka, menyebutnya “sahabat kami tercinta”. Ronnie Sianturi menulis dengan penuh haru, “Slamat jalan sahabatku Irianti Erningpraja, engkau sudah tidak ngerasain sakit lagi ya…” sembari mengiringi unggahannya dengan lagu “Ada Kamu” yang begitu identik dengan Irianti. Nicky Astria, Dwiki Dharmawan, Ruth Sahanaya, Kris Dayanti, Yuni Shara, dan Reza Artamevia adalah sebagian dari banyak nama yang turut merasakan kehilangan dan mengirimkan doa.

Bagi sang suami, Pico Seno, Irianti bukan hanya istri, tetapi “pasangan jiwa sejati” dan “teman bertualang yang luar biasa.” Pernikahan mereka digambarkannya penuh warna, diisi petualangan seru dan momen tak terlupakan, termasuk perjalanan pernikahan mereka di Australia yang disebutnya sebagai “pengalaman ajaib”. Pico mengenang Irianti sebagai sosok yang cerdas, berwawasan luas, multitalenta, proaktif, dan penuh inisiatif. Kesaksian ini memberikan gambaran utuh tentang pribadi Irianti yang dinamis dan penuh cinta dalam hubungan terdekatnya.

Warisan Kehangatan dan Inspirasi Abadi

Perjuangan Irianti melawan kanker serviks selama delapan bulan terakhir tidak memadamkan api kreativitasnya. Bahkan dalam kondisi sakit, semangatnya untuk bermusik tak pernah surut. Sebuah gambaran yang begitu kuat dan simbolis adalah ketika ia “masih coba bikin lagu saat berjuang lawan kanker, bawa piano kecil ke mana-mana”. Piano kecil itu seolah menjadi saksi bisu dedikasinya yang tak tergoyahkan pada musik, yang bukan hanya karier, melainkan napas dan jiwanya. Musik menjadi fokus utamanya hingga hari-hari terakhir, seperti dituturkan sang suami. Ini adalah bukti nyata betapa musik adalah bagian tak terpisahkan dari dirinya, sumber kekuatan dan ekspresi bahkan di tengah badai terberat sekalipun.

Perjalanan hidup Irianti adalah sebuah pelajaran tentang pertumbuhan yang tak henti. Dari seorang atlet, ia bertransformasi menjadi seniman serba bisa, penulis, hingga pembimbing spiritual. Ia tak gentar menghadapi tantangan pribadi, termasuk depresi pasca perceraian pertamanya, yang berhasil dilaluinya melalui berbagai terapi seperti “energypsyco,” sebelum akhirnya menemukan kembali kebahagiaan bersama Pico Seno. Keberaniannya menghadapi kerapuhan diri dan kemudian menggunakan pengalaman itu untuk memberdayakan orang lain melalui klinik transformasi diri dan buku-bukunya menunjukkan kedalaman empati dan keinginan tulus untuk berbagi.

Ia akan selalu dikenang sebagai “seniman serba bisa” dan “sosok yang menginspirasi”. Warisannya bukan hanya terukir dalam lagu-lagu indah atau pencapaian gemilang, tetapi lebih dari itu, dalam kehangatan pribadi, kebaikan hati yang tulus, kekuatan jiwa, dan inspirasi yang ia pancarkan kepada setiap orang yang mengenalnya. Sifat “baik hati” yang begitu melekat pada dirinya telah menyentuh banyak jiwa, menciptakan gelombang kebaikan yang akan terus terasa. Ia meninggalkan jejak yang beragam: artistik melalui karya-karyanya, personal melalui jalinan persahabatan dan cinta kasihnya, serta spiritual dan intelektual melalui tulisan dan bimbingannya. Keberagaman warisan inilah yang akan memastikan namanya terus dikenang dan menginspirasi generasi mendatang dari berbagai sisi.

Selamat Jalan, Bidadari Sahabat Kami

Irianti Erningpraja, sahabat kami yang cantik, manis, dan baik hati, kini telah berpulang. Ia telah menuntaskan perjalanannya di dunia, meninggalkan jejak langkah yang tak akan mudah terhapus. Pada Rabu, 28 Mei 2025, ia diantar oleh suami dan kedua putranya ke tempat peristirahatan terakhir di TPU Jeruk Purut.

Pemakaman Penyanyi Irianti Erningpraja Dihadiri Keluarga dan Musisi Dewa  Budjana

Kata “sahabat” begitu sering terucap dalam setiap kenangan dan ucapan duka untuknya. Ini menegaskan betapa peran sebagai seorang sahabat adalah bagian inti dari identitasnya, sebuah peran yang ia jalani dengan begitu indah dan tulus. Selamat jalan, Anti, Neng Irianti. Meskipun ragamu tak lagi bersama kami, semangatmu, senyum manismu, kebaikan hatimu, alunan musikmu, dan semua kenangan indah akan selamanya hidup dalam sanubari kami. Engkau adalah bidadari bagi kami, para sahabatmu, dan cahayamu akan terus bersinar, menerangi jalan kami. Al Fatihah. Amin YRA.